Thursday, August 17, 2017

ARTY, GADIS BERKEPANG DUA

Dan kembali lagi, Arty duduk ditaman itu, taman yang menghadap ke danau di depan rumah tempat dia tinggal. Sore itu sangat sejuk, tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin, matahari mulai tersembunyi dan hari mulai gelap. Persis seperti hari itu, waktu Arty duduk ditaman itu, waktu dia bertemu dengan pemuda itu. Sepertinya pemuda itu datang dari kota lain dan hanya berkunjung disini, karena kota tempat Arty tinggal hanyalah kota kecil, mungkin lebih ke sebuah desa, di desa itu semua orang saling mengenal dan Arty belum pernah sekalipun melihat pemuda itu. Dia begitu tampan, melihat wajahnya saja membuat pipi Arty memerah, menjadi salah tingkah sendiri, belum pernah dia mengenal seseorang setampan dan sebaik itu. Rambutnya yang berbeda dari pemuda biasanya yang pertama kali menarik perhatiannya, Ikal bergelombang, tidak pendek dan tidak terlalu panjang, dia biarkan begitu saja seperti tidak terurus. Ketika itu pemuda itu tiba-tiba muncul dan berjalan kearah danau, melemparkan batu dan mencoba memantulkan batunya. Berkali-kali dia coba, dan terus saja tidak berhasil, disaat itulah Arti memperhatikan rambutnya yang sedikit panjang melambai-lambai ketika pemuda itu melempar batunya. Tidak sengaja Arti menjadi tertawa geli sendiri, pas ketika pemuda itu menoleh kearahnya dan membuat pemuda itu menghampirinya. 


"Maaf, bukan maksudnya mentertawakan kamu..."... kata-kata itu yang keluar ketika pemuda itu menghampirinya, jantung Arty berdegup kencang, apalagi waktu dengan jelas matanya menatap mata pemuda itu... ya ampun, tampan sekali pemuda ini pikir Arty.

"Hai... engga apa-apa kok, memang dari dulu saya paling ga bisa memantulkan batu di air, tapi terus aja coba-coba kalau liat danau atau di pantai. Saya Ben, nama kamu siapa?" tanya Ben kepada Arty ketika menghampirinya.

Arty hanya tergugup dan langsung berdiri dari bangku kayu taman tersebut, "Saya Arty, semoga berhasil ya... hehehehe... maaf tadi bukan maksud mentertawakan, see you around ya.." jawab Arty sambil berlari pulang, hampir saja Arty tertabrak mobil ketika menyebrang dengan tiba-tiba sangking gugupnya. Untungnya mobil itu memang tidak kencang dan dari jauh sang pengemudi sudah tau bahwa ada seseorang berniat menyebrang tanpa memperhatikan mobil yang lewat.

Malamnya Arty terus saja memikirkan pemuda itu, belum pernah dia merasakan suka kepada seseorang dari pertemuan singkat seperti itu, dia suka wajahnya, rambutnya, tinggi badannya, suka bagaimana cara pemuda itu berjalan menghampirinya, suka bagaimana pemuda itu sangat baik dan mau menghampirinya. Kalau dipikir-pikir mau apa pemuda itu mengacuhkan tertawaan Arty, Arty cuma gadis yang tidak menonjol dari gadis-gadis biasanya, hidungnya tidak mancung seperti gadis cantik di kampusnya, cara bicara Arty juga tidak seluwes anak-anak gadis lain, Arty tidak suka bersolek dan jarang sekali membedaki wajahnya. Ah.. besok aku akan kesebrang lagi, duduk di taman disebrang rumah, siapa tau pemuda itu kembali lagi, pikir Arty.

Keesokan harinya, sepulang kuliah Arty langsung mandi dan berganti baju, menyisir rambutnya dan mengepangnya menjadi dua. Sore-sore tepat jam 6 Arty keluar sambil berteriak. "Kakak, aku pergi ke taman sebrang ya!!" tanpa menunggu jawaban kakaknya Arty terus saja ngeloyor menuju gerbang depan. Jantungnya kembali berdegup kencang, disitu dia melihat Ben, tengah duduk ditempat Arty biasa duduk, Ben melambaikan tangannya kepada Arty, dengan setengah tidak percaya Arty menoleh kebelakang, apa mungkin ada orang dibelakangnya dan Ben melambaikan tangannya kearah orang lain. Terlihat Ben tersenyum dan menunjuk-nunjuk kearahnya. Arty pun berjalan pelan menghampirinya.

"Hai Arty..." sapa Ben, Arty tersenyum kecil, tanpa sadar dia mencubit tangannya, supaya memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi, Mereka ngobrol lama dan saling bercerita, kala itu Ben bertanya kepada Arty kenapa wajahnya terlihat agak pucat, Arty bercerita sedikit tentang kesehatannya, bercerita dia memang Anemia dan terkadang suka sesak mendadak dan pusing. Arty sangat terkejut ketika Ben langsung pindah duduk dibelakangnya dan mulai memijit pundaknya.

"Sebentar ya, kalau pusing paling enak pijit dibagian bahu nih" Arty terlena sebentar dan melonjak kaget... "sudah ah hahahha... makasih" Arty beranjak dan pindah menjauh.

Ketika makan malam kakaknya berkata kepada Arty, jangan terlalu sering sore-sore duduk diluar tanpa jaket, lagi musim dingin seperti ini nanti kamu sakit, jelas kakaknya, sedikit mengoceh tentang kenapa makin kesini Arty makin lama duduk-duduk ditaman depan.

Menjelang malam Arty ingin cepat-cepat tidur dan cepat-cepat hari menjadi esok sore. Tapi tetap saja pikirannya tidak mau lepas dari Ben. Arty benar-benar masih tidak percaya bahwa ada pemuda tampan yang mau menghabiskan waktu bersamanya, dikampus teman-teman Arty banyak yang tidak memperdulikannya, banyak yang mengolok-olok Arty didepan maupun dibelakangnya, makanya Arty benar-benar merasa diawang-awang, tidak percaya, apalagi ketika Ben memijit pundaknya, dan benar-benar tulus terasa bukan karena ada sesuatu dibelakangnya. Arty tersenyum sendiri, mana mungkin ada udang dibalik batu, pastinya Ben bisa menyentuh gadis yang lebih cantik darinya apabila Ben mau. Malam itu Arty tertidur dengan tersenyum.

Kembali pas jam 6 sore Arty menuju ke taman, dari kejauhan dia melihat Ben mencoba memantulkan batu di danau itu, terus tidak berhasil, Arty tersenyum kecil mengingat ketidaksopanan dia yang mempertemukan mereka. "Hai Beeeen!!!" teriak Arty. Ben berhenti memainkan batu dan melemparkan sisa batu yang ada ditangannya. "Arty ikut yuk, aku ingin mengajakmu kerumahku" Ajak Ben, "Tapi aku ga bisa pulang malam-malam, kakakku pasti cemas dan marah, aku belum minta ijin" jawab Arty, Ben mengangguk mengiyakan dan berjanji mengantarnya pulang sebelum terlalu malam. Ben mulai membuka tambatan perahu yang iya tambatkan ditepi danau. Arty sedikit tercengang, dia tidak mengira untuk pergi akan menggunakan perahu, memang Arty selalu melihat ada perahu yang tertambat di pinggir danau itu, hanya saja dia tidak mengira itu perahu milik Ben. Perahunya tidak tampak terawat, catnyapun mulai pudar.

Arty tampak ragu-ragu menaiki perahunya, "Ben, apa harus naik perahu? aku ga bisa berenang" tanyanya, Ben menarik tangan Arty menaiki perahunya, "Ayo, jangan takut, rumahku cuma disebrang danau, engga jauh kok" Arty pun memberanikan diri menaiki perahunya.

Tak lama terlihat sebuah rumah dari kejauhan, rumahnya terlihat besar dan mewah, ketika perahunya ditambatkan, terdengar sedang ada keramaian dirumah itu, sepertinya ada pesta. Arty ragu-ragu untuk turun dan masuk ke rumah tersebut, "Ben, dirumah kamu lagi rame pesta ya, lain kali aja aku main ya, aku lagi lusuh begini pakai celana pendek" Arty sedikit merengek untuk diantar kembali pulang. "Aaaah tenang aja, itu pesta om sama tanteku dan teman-temannya, ayooo.." Jawab Ben dan menarik tangan Arty untuk masuk ke rumahnya. Mereka berlari memutar ke arah belakang, dari jendela Arty melihat keluarga Ben sedang tertawa berbincang-bincang. Memasuki halaman belakang Ben mengajak Arty melihat bangku-banku kayu dan mulai bercerita bagaimana ia sangat menyukai memahat kayu menjadi bangku-bangku ada beberapa yang belum selesai dan masih kasar. Ben menarik sebuah bangku dan meminta Arty mendudukinya... " "Bagaimana yang ini? kamu suka engga?" tanyanya... Arty terkagum-kagum dengan bangku-bangku buatan Ben, baru sekali juga dia melihat bangku bisa dibuat cantik seperti itu. Ben menunjukan di setiap pojok bagian bawah kursi atau meja buatannya, pasti ada terukir huruf B, itu tanda hasil karyanya.

Ben mengajak Arty duduk di halaman belakang sebelum mengantar Arty pulang, duduk-duduk menikmati matahari tenggelam bersama, berbincang dan tertawa, Arty masih tidak percaya kalau seorang pemuda seperti Ben mau menghabiskan waktu bersamanya. Arty begitu kagum dengan hasil kerja Ben, kagum dengan hobi-hobinya, kagum dengan segala kerendahan hatinya, kagum karena bisa menginspirasinya dengan segala kepandaiannya, Ah andai saja sore ini tidak berganti malam, andai saja sore ini bisa lebih panjang dari sore biasanya, Arty berharap sore itu tidak pernah berakhir, karena dia takut esok hari Ben sudah bosan untuk berbincang dengannya atau Ben menjadi sibuk dengan urusannya, Arty sedikit senang kalau memikirkan Ben lebih memilih menghabiskan waktu bersamanya daripada ikut berpesta dengan keluarganya. Ingin hatinya menanyakan mengapa demikian, tapi hatinya melarangnya, "Biar saja Arty, Nikmati saja sore ini" gumamnya didalam hati.

Setelah sore itu hampir setiap sore mereka habiskan bersama, dan Arty selalu menunggu dan melihat Ben kembali pulang kerumahnya dengan perahu kecilnya, sampai suatu sore Arty menemui Ben hanya untuk bilang bahwa dia sedang tidak enak badan dan tidak bisa pergi dengannya, ia tidak mau Ben menunggunya dan Arty tidak memberi kabar. Ben mengecup mata kanannya dan berkata "Tolong besok temui saya walau hanya sebentar, aku tau kamu sedang kurang sehat, tapi bisakan kamu berjanji menemui saya walau sebentar saja." Arty mengangguk dan berkata ia akan menemuinya, tapi sekarang ia benar-benar ingin istirahat, "maaf Ben, aku benar-benar tidak enak badan" serunya sambil berjalan pulang, Arty menoleh sebentar dan melihat Ben sudah di perahunya untuk kembali pulang.
Keesokan harinya Arty benar-benar tidak bisa bangun, badannya panas tinggi, tenggorokannya terasa sangat kering, tapi untuk minum rasanya perih sekali, mulutnya terasa pahit, kakaknya memaksanya untuk pergi kedokter tapi Arty menolak, karena buru-buru harus bekerja kakaknya pun meninggalkan Arty asal Arty berjanji mau ke dokter apabila ketika kakaknya pulang nanti badannya masih panas. Arty mengiyakan dan mencoba untuk tidur, kepalanya terasa berat ditambah panas badannya membuatnya merasa lemah, dia mencoba mengambil termometer dan mengukur panas badannya, 41.... "aduh aku benar-benar harus ke dokter" gumamnya, dan Arty pun malahan tertidur.

Ketika terbangun Arty merasa enakan dan pergi ke dapur mengambil air minum, dia melihat jam, menunjukan pukul 02.00, ah sebentar lagi kakak pulang, aku ga perlu ke dokter, lebih baik mandi supaya sore nanti bisa bertemu dengan Ben pikirnya.

"Hei Arty!!" sapa Ben, Arty sangat terkejut... tidak percaya karena siapa yang membukakan pintu, kakanya belum pulang, "aduh Ben, bagaimana kamu ada disini?" tanyanya. Ben hanya tersenyum dan berkata, apakah selama ini Arty merasa nyaman bersamanya,  Ben berkata padanya, kalau memang Arty merasa nyaman, Arty bisa tinggal didunianya selamanya, berkenalan dengan keluarganya dan teman-temannya, tapi Arty harus memutuskan saat itu juga, Arty kebingungan harus menjawab apa, Ben meraih tangan Arty dan mengajak Arty masuk kedalam kamarnya. Begitu tercengang Arty melihat dirinya masih tertidur diatas kasurnya. "Bagaimana bisa? apa aku sudah meninggal?" tanyanya kepada Ben, "Apa kamu sudah meninggal?" Ben tersenyum, "Kita tinggal didunia yang berbeda, entah kenapa waktu itu kamu bisa melihat saya dan saya bisa melihat kamu, semenjak saat itu saya selalu kembali di jam yang sama berharap bisa melihat kamu lagi, kali ini saya datang lebih awal karena saya takut kamu tidak bisa datang menemui saya di jam yang sama karena saya tau kamu sedang sakit, entah kenapa hati saya mengatakan saya harus kesini lebih awal, dan disinilah kita, di jam yang berbeda. Aku bisa mengajakmu sekarang juga ke rumahku, tinggal disana dan berkenalan dengan keluargaku dan teman-temanku". Arty sangat kebingungan, apakah itu artinya dia akan mati, meninggalkan kakaknya dan kehidupannya dan pindah ke kehidupan yang lain. Apakah dia bisa akan senang tinggal disana, apakah nanti Ben mungkin akan suka padanya seperti dia menyukai Ben. "Tidak mungkin" pikir Arty, mana mungkin pemuda tampan, pandai dan hebat seperti Ben bisa suka padanya, dia nanti hanya akan sedih ketika pada akhirnya Ben menemukan orang yang disukainya. Tak kuat Arty memikirkan hatinya yang akan hancur melihat Ben bersama gadis lain. "Maaf Ben..." seru Arty, Ben terlihat sedikit kecewa dan pergi meninggalkannya begitu saja. Arty kebingungan sendiri ketika melihat Ben menghilang begitu saja.

"Arty... Arty... ayo ke dokter!!" ajak kakaknya begitu khawatir melihat Arty yang berkeringat basah disekujur badannya. Arty melihat jam, sudah pukul 7 malam... "kakak, kenapa kakak pulang telat?" tanyanya, "kakak tadi ada meeting mendadak, ga bisa pulang jam 3, maaf ya kakak ga beri kabar, ayo ke dokter sekarang" Kakaknya menuntun Arty, memakaikan sweater hangat dan kaos kaki. Arty hanya mengangguk lemah, Sesampainya di dokter, Arty langsung di infus, kata dokter Arty terkena demam berdarah, setelah beberapa hari di rumah sakit Arty merasa baikan, kakaknya setiap sore datang menjenguknya, melihat Arty yang mulai membaik kakaknya mulai mengomel tentang keadaanya, tentang bagaimana Arty bisa terkena demam berdarah, karena sering duduk-duduk didanau sore-sore sendirian dan bermain diperahu tua. Arty hanya terdiam teringat kepada Ben, sore nanti ketika dia pulang yang Arty akan lakukan kembali ke danau itu tepat jam 6 sore seperti sore-sore sebelumnya, dia berharap Ben tidak marah dengan tolakan Arty kemarin waktu Ben datang menemuinya. Bagaimana dia bisa memutuskan meninggalkan segalanya untuk Ben, Arty tidak ragu atas hatinya terhadap Ben, yang dia takutkan apa Ben benar-benar bisa menyukainya seperti Arty menyukai Ben dan apakah dia bisa terima apabila dia harus menyaksikan Ben dengan gadis lain, dia pikir dia bisa mati karena patah hati.

"Mau kemana?" tanya kakaknya melihat Arty berjalan keluar, "ke danau kakak, sebentar" jawabnya, kakaknya terdiam dan kembali menikmati teh dan korannya. "Jangan lama-lama diluar, kamu baru saja sembuh!" akhirnya kakaknya sedikit berteriak pas ketika Arty membuka pintu untuk keluar.

Dan disitulah Arty, duduk kembali menunggunya, di jam yang sama.... lama dia menunggu tidak ada tanda-tanda Ben ada disekitarnya, Arty hanya tertunduk, di meja kayu taman itu, Arty mulai menyesali kenapa waktu itu dia tidak pergi bersama Ben, mungkin saja Ben bisa menyukainya, bukan hal yang tidak mungkin orang setampan dan sepandai itu menyukainya, mereka bisa hidup bersama, mungkin saja Ben bisa menyukainya karena melihat hal-hal yang tidak dilihat oleh kebanyakan orang lain, bisa saja... pikirnya. Arty tambah tertunduk sedih, sekarangpun Arty sudah merindukannya, Arty berjongkok dan mencari ukiran huruf B dibawah kaki meja dan kursi taman itu. Dan ia menemukannya, ukiran huruf B yang sama yang pernah Ben tunjukkan padanya. "ini kursi dan meja buatan Ben..." gumamnya.... dari kejauhan terlihat kakaknya memanggil-manggil Arty untuk pulang dari sebrang.

Arty berdiri sambil tertunduk, "Selamat tinggal Ben" gumamnya.... "See you around maybe next time"... Arty berjalan kembali pulang. Kembali kedunianya, ketempat nyamannya, paling tidak itu yang dia tau untuk saat itu.


0 comments:

HI!!



Share please kalau artikelnya menarik :) .

And terima kasih atas saran dan komentarnya, have a good day all. Langkah langkah kecil.

Post a Comment